Sabtu, 22 November 2008

KETIKA ALLAH MENJEMPUT BAPAK


Sabtu subuh, tanggal 15 nopember 2008 aku dikejutkan oleh dering telepon yg ternyata panggilan dari tanteku. Beliau mengabarkan bahwa bapakku sakit, dan aku beserta anak anakku diharapkan untuk pulang. Deg! Berdebar rasa hatiku, aku merasa pasti ada sesuatu. Ini di luar kebiasaan.. dan ternyata benar, beberapa saat kemudian kabar meninggalnya bapakku aku terima.

Innalillahi wa inna ilaihi rojiuun....Aku mulai menangis, bapakku- ayah yg sangat aku cintai telah berpulang kepada Nya. Allah Yang Maha Kuasa telah menjemput bapak untuk kembali. Ya, Bapak telah menyelesaikan ibadahnya di dunia fana ini.

Sambil mempersiapkan anak anak dan bekal yg harus kubawa ke pulang, terbayang semua kenangan indah tentang bapakku- tentang atungnya anak anakku... ....

Bapak yang selalu ceria, penuh tawa dan canda, bapak yang tak pernah berhenti mendukungku, yang selalu berada di belakangku ketika aku berduka, yang selalu menjadi teman berbagiku ketika aku bahagia...Bapak yang selalu aku kerahkan sebagai ketua tim pendoa jika aku harus menghadapi berbagai ujian...bapak yang selalu mencintai kami anak-anak dan cucu-cucunya...dan kini bapakku telah tiada........

Kembali aku menangis mengenangnya, tak bisa lagu kupeluk tubuhnya yang hangat, tak bisa lagi kuelus pipinya yang kasar (karena jambang dan jenggot yang dicukurnya mulai tumbuh kembali), tak bisa lagi kudengar suaranya yang lantang...

Sungguh, aku kehilangan bapakku...... Seorang ayah yang selalu mendampingiku pada saat- saat penting dalam hidupku, saat aku dilahirkan, saat aku tumbuh dan menjadi dewasa, saat pernikahanku, saat kelahiran anak anakku..............
Ayah yang berjanji akan hadir saat aku menyelesaikan pendidikan spesialisku (aku percaya jika saat itu tiba, bapak pasti hadir dan menyaksikan dari surga)

Dalam perjalanan pulangku, kupanjatkan seluruh doa untukmu. Semoga Allah mengampuni semua dosamu, Semoga Allah menerima semua amal ibadahmu, dan semoga Allah menempatkanmu dalam tempat yang mulia. Semoga semasa hidupmu, bapak selalu bahagia dan bangga memiliki aku sebagai putrinya, seperti apapun aku, amien........

3 komentar:

Kur_aja mengatakan...

Yang terbayang hanyalah kebaikannya
dan yang sering muncul selalu kebaikannya
Jika orang yang dicintai pergi pergi

Tapi Ibu lilis lebih beruntung dari pada aku. Ayahku meninggal saat aku baru mengijak SMA (Agustus 1999).
Aku masih ingat betul senyum terakhir yang Ayah lontarkan padaku saat aku berangkat sekolah dan mencium tanganya.
Dan yang aku sesalkan selama ini, Ayah tak tau kalau aku sangat menyanginya, karena dari dulu aku selalu malu untuk mengatakan itu, aku tak punya nyali walau hati sangat ingin sekali, aku ingin mengatakan kalau aku sayang Ayah. hingga aku sadar kini sudah tak mungkin aku mengatakan padanya.
(Eh.. kok jadi curhat, hehehe maaf ya Bu)

Lilis Soerono mengatakan...

Mengenang kebaikan orang yang kita cintai, adalah kebahagiaan...

Hadi Irawiraman, mengatakan...

membaca tulisanmu, aku jadi turut bersedih teringat wafatnya "my grandmother" tanggal 2 Desember 2008 lalu. Memang ada perasaan kita belum banyak memberikan yang terbaik pada orang-orang yang kita cintai,,,sedih, penyesalan campur aduk..didalam dada. Bukan meratapi atau tidak menerima takdir yang datang..., tetapi menyesalnya "diri" jika teringat betapa terkadang perhatian, bakti dan ketulusan masih begitu sedikit yang kita berikan....
Innalillahi wa inna illaihi rojiun...